Mendaki gunung seperti kegiatan petualangan lainnya merupakan sebuah aktivitas olahraga berat. Kegiatan
itu memerlukan kondisi kebugaran pendaki yang prima. Bedanya dengan
olahraga yang lain, mendaki gunung dilakukan di tengah alam terbuka yang
liar, sebuah lingkungan yang sesungguhnya bukan habitat manusia,
apalagi anak kota.
Pendaki
yang baik sadar adanya bahaya yang bakal menghadang dalam aktivitasnya
yang diistilahkan dengan bahaya obyektif dan bahaya subyektif. Bahaya
obyektif adalah bahaya yang datang dari sifat-sifat alam itu sendiri.
Misalnya saja gunung memiliki suhu udara yang lebih dingin ditambah
angin yang membekukan, adanya hujan tanpa tempat berteduh, kecuraman
permukaan yang dapat menyebabkan orang tergelincir sekaligus berisiko
jatuhnya batu-batuan, dan malam yang gelap pekat. Sifat bahaya tersebut
tidak dapat diubah manusia.
Hanya saja, sering kali pendaki pemula menganggap mendaki gunung sebagai rekreasi biasa. Apalagi
untuk gunung-gunung populer dan “mudah” didaki, seperti Gede, Pangrango
atau Salak. Akibatnya, mereka lalai dengan persiapan fisik maupun
perlengkapan pendakian. Tidak jarang di antara tubuh mereka hanya
berlapiskan kaus oblong dengan bekal biskuit atau air ala kadarnya.
Meski
tidak dapat diubah, sebenarnya pendaki dapat mengurangi dampak
negatifnya. Misalnya dengan membawa baju hangat dan jaket tebal untuk
melindungi diri dari dinginnya udara. Membawa tenda untuk melindungi
diri dari hujan bila berkemah, membawa lampu senter, dan sebagainya.
Sementara
bahaya subyektif datangnya dari diri orang itu sendiri, yaitu seberapa
siap dia dapat mendaki gunung. Apakah dia cukup sehat, cukup kuat,
pengetahuannya tentang peta kompas memadai (karena tidak ada rambu-rambu
lalu lintas di gunung), dan sebagainya.
Sebagai
gambaran, Badan SAR Nasional mendata bahwa dari bulan Januari 1998
sampai dengan April 2001 tercatat 47 korban pendakian gunung di
Indonesia yang terdiri dari 10 orang meninggal, 8 orang hilang, 29 orang
selamat, 2 orang luka berat dan 1 orang luka ringan, dari seluruh
pendakian yang tercatat (Badan SAR Nasional, 2001)
Data
lain, sejak tahun 1969 sampai 2001, gunung Gede dan Pangrango di Jawa
Barat telah memakan korban jiwa sebanyak 34 orang. Selanjutnya, dari
4000 orang yang berusaha mendaki puncak Everest sebagai puncak gunung
tertinggi di dunia, hanya 400 orang yang berhasil mencapai puncak dan
sekitar 100 orang meninggal. Rata-rata kecelakaan yang terjadi pada
pendakian dibawah 8000 m telah tercatat sebanyak 25% pada setiap periode
pendakian.
Kedua
bahaya itu dapat jauh dikurangi dengan persiapan. Persiapan umum yang
harus dimiliki seorang pendaki sebelum mulai naik gunung antara lain:
-
Membawa
alat navigasi berupa peta lokasi pendakian, peta, altimeter [Alat
pengukur ketinggian suatu tempat dari permukaan laut], atau kompas.
Untuk itu, seorang pendaki harus paham bagaimana membaca peta dan
melakukan orientasi. Jangan sekali-sekali mendaki bila dalam rombongan
tidak ada yang berpengalaman mendaki dan berpengetahuan mendalam tentang
navigasi.
-
Pastikan kondisi tubuh sehat dan kuat. Berolahragalah seperti lari atau berenang secara rutin sebelum mendaki.
-
Bawalah
peralatan pendakian yang sesuai. Misalnya jaket anti air atau ponco,
pisahkan pakaian untuk berkemah yang selalu harus kering dengan baju
perjalanan, sepatu karet atau boot (jangan bersendal), senter dan
baterai secukupnya, tenda, kantung tidur, matras.
-
Hitunglah
lama perjalanan untuk menyesuaikan kebutuhan logistik. Berapa banyak
harus membawa beras, bahan bakar, lauk pauk, dan piring serta gelas.
Bawalah wadah air yang harus selalu terisi sepanjang perjalanan.
-
Bawalah peralatan medis, seperti obat merah, perban, dan obat-obat khusus bagi penderita penyakit tertentu.
-
Jangan
malu untuk belajar dan berdiskusi dengan kelompok pencinta alam yang
kini telah tersebar di sekolah menengah atau universitas-universitas.
-
Ukurlah kemampuan diri. Bila tidak sanggup meneruskan perjalanan, jangan ragu untuk kembali pulang.
Memang,
mendaki gunung memiliki unsur petualangan. Petualangan adalah sebagai
satu bentuk pikiran yang mulai dengan perasaan tidak pasti mengenai
hasil perjalanan dan selalu berakhir dengan perasaan puas karena
suksesnya perjalanan tersebut. Perasaan yang muncul saat bertualang
adalah rasa takut menghadapi bahaya secara fisik atau psikologis. Tanpa adanya rasa takut maka tidak ada petualangan karena tidak ada pula tantangan.
Risiko
mendaki gunung yang tinggi, tidak menghalangi para pendaki untuk tetap
melanjutan pendakian, karena Zuckerma menyatakan bahwa para pendaki
gunung memiliki kecenderungan sensation seeking [pemburuan sensasi]
tinggi. Para sensation seeker menganggap dan menerima risiko sebagai
nilai atau harga dari sesuatu yang didapatkan dari sensasi atau
pengalaman itu sendiri. Pengalaman-pengalaman yang menyenangkan maupun
kurang menyenangkan tersebut membentuk self-esteem [kebanggaan
/kepercayaan diri].
Pengalaman-pengalaman
ini selanjutnya menimbulkan perasaan individu tentang dirinya, baik
perasaan positif maupun perasaan negatif. Perjalanan pendakian yang
dilakukan oleh para pendaki menghasilkan pengalaman, yaitu pengalaman
keberhasilan dan sukses mendaki gunung, atau gagal mendaki gunung.
Kesuksesan yang merupakan faktor penunjang tinggi rendahnya self-esteem,
merupakan bagian dari pengalaman para pendaki dalam mendaki gunung.
Fenomena
yang terjadi adalah apakah mendaki gunung bagi para pendaki merupakan
sensation seeking untuk meningkatkan self-esteem mereka? Selanjutnya,
sensation seeking bagi para pendaki gunung kemungkinan memiliki hubungan
dengan self-esteem pendaki tersebut. Karena pengalaman yang dialami
para pendaki dalam pendakian dapat berupa keberhasilan maupun kegagalan.
Persiapan mendaki gunung
Persiapan umum untuk mendaki gunung antara lain kesiapan mental, fisik, etika, pengetahuan dan ketrampilan.
Mental amat berpengaruh, karena jika mentalnya sedang fit, maka fisik pun akan fit, tetapi bisa saja terjadi sebaliknya.
Beberapa
latihan fisik yang perlu kita lakukan, misalnya : Stretching
/perenggangan [sebelum dan sesudah melakukan aktifitas olahraga,
lakukanlah perenggangan, agar tubuh kita dapat terlatih kelenturannya].
Jogging (lari pelan-pelan) Lama waktu dan jarak sesuai dengan kemampuan
kita, tetapi waktu, jarak dan kecepatan selalu kita tambah dari waktu
sebelumnya. Latihan lainnya bisa saja sit-up, push-up dan pull-up
Lakukan sesuai kemampuan kita dan tambahlah porsinya melebihi porsi
sebelumnya.
Mempersiapkan seluruh prosedur yang dibutuhkan untuk perijinan memasuki kawasan yang akan dituju.
Pengetahuan
untuk dapat hidup di alam bebas. Kemampuan minimal yang perlu bagi
pendaki adalah pengetahuan tentang navigasi darat, survival serta EMC
[emergency medical care] praktis.
Perencanan pendakian.
Hal
pertama yang ahrus dilakukan adalah mencari informasi. Untuk
mendapatkan data-data kita dapat memperoleh dari literatur- literatur
yang berupa buku-buku atau artikel-artikel yang kita butuhkan atau dari
orang-orang yang pernah melakukan pendakian pada objek yang akan kita
tuju. Tidak salah juga bila meminta informasi dari penduduk setempat
atau siapa saja yang mengerti tentang gambaran medan lokasi yang akan
kita daki.
Selanjutnya
buatlah ROP (Rencana Operasi Perjalanan). Buatlah perencanaan secara
detail dan rinci, yang berisi tentang daerah mana yang dituju, berapa
lama kegiatan berlangsung, perlengkapan apa saja yang dibutuhkan,
makanan yang perlu dibawa, perkiraan biaya perjalanan, bagaimana
mencapai daerah tersebut, serta prosedur pengurusan ijin mendaki di
daerah tersebut. Lalu buatlah ROP secara teliti dan sedetail mungkin,
mulai dari rincian waktu sebelum kegiatan sampai dengan setelah
kegiatan. Aturlah pembagian job dengan anggota pendaki yang lain (satu
kelompok), tentukan kapan waktu makan, kapan harus istirahat, dan
sebagainya.
Intinya dalam perencanaan pendakian, hendaknya memperhatikan :
■ Mengenali kemampuan diri dalam tim dalam menghadapi medan.
■ Mempelajari medan yang akan ditempuh.
■ Teliti rencana pendakian dan rute yang akan ditempuh secermat mungkin.
■ Pikirkan waktu yang digunakan dalam pendakian.
■ Periksa segala perlengkapan yang akan dibawa.
Perlengkapan dasar perjalanan
■ Perlengkapan jalan : sepatu, kaos kaki, celana, ikat pinggang, baju, topi, jas hujan, dll.
■ Perlengkapan tidur : sleeping bag, tenda, matras dll.
■ Perlengkapan masak dan makan: kompor, sendok, makanan, korek dll.
■ Perlengkapan pribadi : jarum , benang, obat pribadi, sikat, toilet paper / tissu, dll.
■ Ransel / carrier.
Perlengkapan pembantu
■ Kompas, senter, pisau pinggang, golok tebas, Obat-obatan.
■ Peta, busur derajat, douglass protector, pengaris, pensil dll.
■ Alat komunikasi (Handy talky), survival kit, GPS [kalo ada]
■ Jam tangan.
Packing atau menyusun perlengkapan kedalam ransel.
-
Kelompokkan barang barang sesuai dengan jenis jenisnya.
-
Masukkan dalam kantong plastik.
-
Letakkan barang barang yang ringan dan jarang penggunananya (mis : Perlengkapan tidur) pada yang paling dalam.
-
Barang barang yang sering digunakan dan vital letakkan sedekat mungkin dengan tubuh dan mudah diambil.
-
Tempatkan barang barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkin dengan badan / punggung.
-
Buat Checklist barang barang tersebut.
Mengenal Jenis Gunung dan Grade Pendakian
Pada garis besar gunung terbagi menjadi 2, yaitu gunung berapi/aktif dan tidak aktif. Berdasar bentuknya dibagi menjadi :
-
Gunung berapi perisai (Gunung berapi lava) == seperti perisai
-
Gunung berapi strato
-
Gunung
berapi maar == Gunung berapi yang meletus sekali dan segala aktivitas
vulkanisme terhenti, yang tinggal hanya kawahnya saja.
Macam dan tingkat pendakian gunung macam pendakian, yaitu pendakian gunung bersalju (es) dan gunung batu. Keduanya
mambutuhkan persiapan dan perlengkapan yang matang. Menurut Club
“Mountaineers”, Seatle Washington, dasar pembagian tingkat pendakian ada
dua cara.
1. Berdasar penggunaan alat teknis yang dipakai ( class)
-
class 1 ; lintas alam tanpa bantuan tangan
-
class 2 ; dibutuhkan bantuan tangan
-
class 3 ; pendakian yang mudah memerlukan kaki dan tangan dalam mendaki, tali mungkin dibutuhkan oleh pemula
-
class 4 ; pendakian memerlukan tali pengaman
-
class 5 ; dibutuhkan tali dan pengaman peralatan lain seperti : piton, runner, chocks dll
-
class
6 ; mandaki dengan tali dengan peralatan bantuan sepenuhnya berpijak
diatas paku tebing, memenjat rantai sling atau mengunakan stirupss
Pendakian
claass 4 masuk dalam katagori scrembling [Mendaki dengan cara
mempergunakan badan sebagai keseimbangan serta tangan untuk berpegangan
dengan medan yang miring sampai 45 derajat] dan class 5 – 6 sudah dapat
dikatagorikan sebagai climbing [panjat]. Dimana class 5 merupakan
free-climbing [Pemanjatan dengan tanpa menggunakan alat tehnis untuk
menambah ketinggian, alat hanya sebagai pengaman saja ] dan class 6
adalah artificial climbing [Pemanjatan dengan menggunakan alat tehnis
sebagai pembantu menambah ketinggian, misalnya dipijak atau disentak dan
dipegang ]. Apa bila dilakukan di gunung batu / cadas disebut rock
climbing dan bila dilakukan di gunung es disebut dengan snow and ice
climbing .
Ulasan mengenai hal ini dibahas dalam materi tersendiri.
2. Berdasar lama waktu akibat sukarnya pendakian dalam medan pendakian (grade)
-
grade I, bagian yang sukar dapat ditempuh dalam beberapa jam
-
grade II, bagian yang sukar ditempuh dalam setengah hari
-
grade III, bagian yang sukar ditempuh dalam sehari penuh
-
grade IV, bagian yang sukar ditempuh dalam sehari penuh dan memerlukan bantuan lereng-lereng sempit untuk bisa naik
-
grade V, bagian yang sukar ditempuh dalam waktu 1,5-2,5 hari
-
grade VI, bagian yang sukar ditempuh dalam waktu 2 hari atau lebih dan dengan banyak sekali kesulitan
Ulasan mengenai hal ini dibahas dalam materi panjat tebing.
3. Berdasarkan tingkat kemanan pemanjat dari kemampuan alat yang digunakan
-
A1 ;aman sekali, peralatan yang dipasang dan digunakan dapat diandalkan untuk menjaga keselamatan pendaki
-
A2
;aman, jikapun terjadi maslah, alat masih dapat diandalkan untuk
mencegah akibat yang lebih fatal [misalnya jatuh tidak sampai kedasar]
-
A3
;penggunan alat pengaman cukup aman tetapi tidak dapat diandalkan untuk
menjaga resiko jatuh, kecuali dengan pemasngan yang sangat teliti dan
fall-faktor yang tidak terlal;u berbeban tinggi. Bila fall faktor
tinggi, maka alat-alat akan copot dan pendaki bisa menerima akibat fatal
-
A4
;pengaman yang digunakan tidak dapat diharapkan untuk dapat menahan
beban jatuh, cenderung hanya sebagai pengaman psykologis untuk
menguatkan mental pendaki
4. Berdasarkan tingkat kesulitan [difficult] medan pendakian
Tingkatan
pedakian dengan dasar perhitungan ini bisa disebut juga dengan
Yossemite Decimal System [YDS]. Pang-katagorian berasal dari USA dan
saat ini banyak di gunakan untuk menentukan grade kesulitan panjat
tebing. Oleh karena itu YDS dimulai dengan grade 5 dan seterusnya.
Pengkatagorian demikian biasanya digunakan untuk jenis pendakian
free-climbing atau free-soloing [Memanjat sendiri tanpa alat bantu dan
pengaman apapun, biasanya pada jalur pendek]
Anehnya
YDS sendiri menyalahi kaidah matematis penghitungan decimal, dimana
misalnya suatu jalur mempunyai ketinggian 5,9 [lima point sembilan] lalu
grade selanjutnya menjadi 5.10 [lima point sepuluh]. Peng-angka-an ini
menjadi “aneh” akibat grade 5.9 lebih rendah dibanding dengan 5.10,
padahal dalam matematika sebaliknya.
YDS
sendiri diawali dengan grade 5.8 atau 5.9, selanjutnya 5.10, 5.11,
5.12, 5.13 dan 5.14. Sampai saat ini tidak ada grade melebihi 5.14.
Perkembangan
keanehan peng-angka-an decimal ini menurut beberapa diskusi pegiatan
pendakian dan panjat tebing akibat keselahan memprediksikan kemampuan
pendakian pada saat system YDS dipublikasikan. Dimana pada saat itu
diperkirakan kemampuan pendakian / panjat hanya sampai grade 5.9.
Padahal dalam kemudian berkembangan kemampuan pendakian / pemanjatan
yang lebih mutakhir dan luar bisa.
Bahkan
saking sulitnya menentukan dengan hanya angka-angka decimal yang
terbatas, seiring dengan banyaknya jalur pendakian/pemanjatan yang
dibuat oleh kalangan pemanjat, maka grade decimalpun ditambahkan
dibelangkannya dengan alfhabet.
Contoh; 5.12a, 5.13 d atau 5.14 c
Memang
sampai saat sekarang barangkali hanya ada beberapa jalur yang dibuat
manusia dengan grade 5.14, itupun terbatas pada jalur-jalur pendek.
Secara umum grading dengan YDS dapat dijelaskan sebagai berikut :
-
5.8 ; jalur yang ditempuh mudah, grip [pegangan] sangat bisa digunakan oleh bagian tubuh yang ada untuk menambah ketinggian
-
5.9 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1 mencari
-
5.10 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1 mencari, hanya saja perlu keseimbangan [balance] yang baik
-
5.11 ; dapat bertahan pada 2 atau 3 grip dengan satu diantaranya sangat minim dan perlu keseimbangan. Jalur hang hampir bisa dipastikan memiliki grade demikian.
-
5.12
; terdapat 2 dari 2 kaki dan 2 tangan yang dapat digunakan untuk
menambah ketinggian. Dengan kondisi grip yang kecil di satu bagiannya
atau paling tidak sama
-
5.13
; hanya 1 dari diantara 2 kaki dan 2 tangan yang dapat digunakan untuk
menambah ketinggian, itupun dengan grip yang sangat minim.
-
5.14 ; “mulus seperti kaca”, tidak mungkin terpikirkan untuk dapat dibuat jalur pendakian/pemanjatan
Makanan (logistik).
Makanan
yang dibawa seharusnya dapat memenuhi kebutuhan energi pendaki, selama
pendakian seserorang membutuhkan sitar 5.000 kalori dan 100 gram
protein, kalori dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi nasi. Namun ada
baiknya hanya memakan nasi satu kali sehari di kala malam (saat
berkemah) alasayanya beras realtif berat dan memerluakan waktu yang lama
untu memasak serta menghabiskan banyak bahan bakar. Fungsi beras dapat
diganti dengan roti, biskuit, coklat, dan hevermit.
Hal
yang perlu diperjatikan hindari mengkonsumsi makanan yang harus dimasak
lebih dahulu selama mendaki, karena hal ini hanya akan merepotkan dan
menghabiskan waktu perjalanan. Pilihlah makanan praktis seperti coklat,
roti, agar-agar, buah-buahan, dapat juga dibuat mixfood yang terdiri
atas kacang, coklat, biskuit dan kismis.
Umumnya
makanan yang paling praktis dibawa adalah makanan instan yang memiliki
kemasan, buanglah kemasan karton sebelum dimasukan dalam ransel dengan
demikian berat ransel dapat berkurang dan makanan yang dibawapun tidak
banyak memakan tempat didalam ransel.
Peralatan lain
Selain
peralatan dan sejumlah perlengkapan, jangan lupa membawa perlengkapan
kecil yang terdanag dirasa sepele, namun amat penting. Perlengkapan itu
berupa obat-obatan seperti pelester, obat merah, tisu basah dan kering,
senter, benang, jarum jahit, jam dan alat tulis. Peralatan itu
terkandang dibutuhkan dalam keadaan darurat atau menjaga tubuh tetap
bersih.
Hal terakhir
yang tidak kalah pentingnya adalah jangan lupa membawa tas / kantong
plastik, tas plastik tersebut dibutuhkan untuk menaruh barang-barang
yang kotor dan basah sebelum dicuci dan tas plastik juga berfungsi untuk
membawa kembali sampah-sampah pendakian, sampah-sampah sisa makanan
atau berkemah, janganlah dibuang begitu saja di alam terbuka. Selain
megotori, membuang sampah dapat menyulitkan usaha pencarian dan
pertolongan bagi pendaki yang tersesat atau mengalami kecelakaan, kerap
kali usaha pencarian oarang tersesat terbantu dengan petunjuk dari
barang-barang yang tercecer.
Pengetahuan Dasar Survival
Survival
berasal dari kata survive yang berarti mampu mempertahankan diri dari
keadaan tertentu. Dalam hal ini mampu mempertahankan diri dari keadaan
yang buruk dan kritis. Sedangkan Survivor adalah orang yang sedang
mempertahankan diri dari keadaan yang buruk.
Survival
adalah keadaan dimana diperlukan perjuangan untuk bertahan hidup.
Survival merupakan kehidupan dengan waktu mendesak untuk melakukan
improvisasi yang memungkinkan. Kuncinya adalah menggunakan otak untuk
improvisasi.
Statistik
membuktikan hampir semua situasi survival mempunyai batasan waktu yang
singkat hanya 3 hari atau 72 jam bagi orang hilang, dan yang mampu
bertahan cukup lama tercatat sangat sedikit sekitar 5 persen itupun
karena pengetahuan dan pengalamannya.
Dalam
situasi survival janganlah tergesa-gesa menentukan prioritas survival
karena dapat berakibat salah, gagasan kaku yang tidak boleh
ditawar-tawar juga akan berakibat fatal. Ketepatan memutuskan dengan
didukung pengalaman dan hasil diskusi dapat menguntungkan karena situasi
darurat perlu pertimbangan dan sikap tegas dalam mencapai tujuan akhir.
Dalam
keadaan survival diperlukan pengetahuan terhadap kondisi dan kebutuhan
tubuh, bukan mutlak mengerti secara fisik tetapi memahami reaksi atau
dampak akibat pengaruh lingkungan. menggunakan pengetahuan dalam usaha
mengatur diri saat keadaan darurat adalah kunci dari survival.
Pengaturan disini adalah memelihara ketrampilan dan kemampuan untuk
mengontrol sumber daya didalam diri dan kemampuan memecahkan persoalan,
bila pengaturan keliru, tidak hanya badan terganggu akan tetapi dapat
langsung berdampak terhadap kemampuan untuk tetap hidup. Memahami jenis
kebutuhan hidup yang menjadi prioritas sangat menguntungkan didalam
situasi survival.
Dalam
kondisi survival tantangan yang sangat dominan adalah sikap mental atau
psikologis untuk mencari kebutuhan tubuh dan untuk memperolehnya
dibutuhkan gagasan-gagasan dengan dasar pertimbangan dari pengalaman
atau pendidikan yang pernah diikutinya, pengalaman hidup dengan resiko
tinggi dan aktivitas menantang terbukti dapat membuat orang belajar
untuk berbuat yang lebih baik dan melakukan adaptasi efektif.
Berikut adalah contoh susunan prioritas dalam keadaan survival :
-
Tentunya
yang paling utama adalah udara. bernafas dilakukan setiap detik untuk
bertahan hidup oleh karena itu udara mendapat prioritas utama untuk
bertahan hidup. survival tanpa udara umumnya hanya bertahan selama 3
sampai 5 menit.
-
Selanjutnya
dibutuhkan perlin- dungan, dari cuaca buruk dan keganasan alam. sejak
keberadaannya manusia dibatasi lingkungannya sendiri mulai dari
temperatur yang sangat berpengaruh pada tubuh. Untuk itu
diperlukan sesuatu yang dapat melindunginya contohnya api yang dapat
menghangatkan dan menjaga temperatur tubuh, jika tidak ada rumah, tenda
atau gua. Api dapat dimasukkan kedalam prioritas kedua
-
Istirahat,
sepele namun dibutuhkan, dengan istirahat jaringan tubuh akan terbebas
dari CO2, asam dan pemborosan lain. Istirahat yang dimaksud adalah
istirahat fisik dan juga mental sebab stress dapat mengurangi kemampuan
untuk bertahan. Dengan demikian istirahat dapat dimasukkan kedalam prioritas ketiga.
-
Air.
Kehilangan cairan dan kondisi air yang tidak dapat diminum adalah
persoalan didalam survival. Tubuh manusia kira-kira terdiri dari 2/3
jaringan yang mengandung air dan merupakan bagian sistem sirkulasi di
dalam organ tubuh. Air dapat menjaga suhu tubuh, memperlancar
buang air dan mencerna makanan. Kondisi lingkungan yang exstrem tanpa
air dapat mengurangi kemampuan bertahan hidup hingga tiga hari, sehingga
air dapat dimasukkan kedalam prioritas keempat. Sangatlah bijaksana apabila pemakaian air dapat dihemat.
-
Tubuh
manusia membutuhkan makanan tiga kali sehari. Tetapi sementara banyak
manusia di benua lain hanya dapat makan sekali sehari atau bahkan tidak
makan berhari-hari. Catatan menunjukkan bahwa tanpa makanan survivor
dapat bertahan selama 40 sampai 70 hari. Keharusan untuk mendapatkan
makanan adalah prioritas terakhir dalam survival. Penghematan energi
adalah salah satu cara untuk mengimbangi kekurangan makanan.
Sikap dalam Survival
Sikap
cepat tanggap dalam keadaan darurat sangat diperlukan. Setiap orang
harus dapat berbuat yang terbaik dalam memprioritaskan pandangan
terhadap lingkungan darurat. Hal ini tidak mudah karena sikap ini perlu
latar belakang pengetahuan dan keterampilan. Bila semua prioritas telah
diperoleh, tetapi masih kehilangan kemauan untuk hidup atau kemampuan
untuk menguasai mental yang disebabkan kondisi fisik, maka akhirnya akan
hilang sama sekali. Kondisi yang demikian sangat membahayakan dan
bahkan sesuatu yang menguntungkan pun akan dibuangnya. Juga yang perlu
diingat janganlah meremehkan sesuatu yang anda lihat. Sikap mental
positif sangat diperlukan untuk menganalisa semua yang bertentangan
dengan tubuh.
Apa saja yang berguna dalam mengha- dapi situasi survival dapat dilihat dalam dua persoalan :
-
Kesiapan
mendiskusikan dengan jelas “apakah anda ingin hidup ?”, ungkapan yang
sederhana. Secara naluriah manusia mempunyai insting untuk menjaga diri.
Banyak kegiatan survival yang menunjukkan adanya jalan keluar dari
periode fisik ekstrem dan mental stress ke posisi tenang. Sadar atau
tidak orang mempunyai kekuatan untuk dirinya sendiri terhadap kematian.
Oleh karena itu setiap orang juga mempunyai kekuatan untuk dirinya
sendiri terhadap kehidupan.
-
Kemampuan
untuk memecahkan persoalan, hal ini didapat jika kita mampu
mempertahankan kondisi tubuh. sebagai contoh : tubuh manusia bekerja
optimum dengan temperatur 37 derajat C. Mengabaikan temperatur
lingkungan akan menyebabkan penyempitan susunan fungsi inti didalam
tubuh yang efektivitasnya tinggi yang pada akhirnya akan mengganggu
peredaran darah, menurunkan aktivitas sel, dan akhirnya otak cepat
kehilangan hubungan dengan realitas, akhirnya bertindak irrasional
berbarengan dengan turunnya koordinasi yang akhirnya berakibat fatal.
Pengetahuan dan pengalaman tidak ada artinya kalau tubuh hanya bekerja
dengan separuh kemampuannya, penghematan sumberdaya seperti energi,
panas dan air adalah penting.
Mengapa ada Survival ?
Timbulnya
kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari
kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :
-
Keadaan alam (cuaca dan medan)
-
Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
-
Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)
-
Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri. Dalam
keadan tersebut ada beberapa faktor yang menetukan seorang Survivor
mampu bertahan atau tidak, antara lain : mental, kurang lebih 80%
kesiapan kita dalam survival terletak dari kesiapan mental kita.
Timbulnya kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :
-
Keadaan alam (cuaca dan medan)
-
Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
-
Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)
Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri.
Definisi Survival
Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini hanyalah menurut versi pencinta alam ;
Sadarkan diri dalam keadaan gawat darurat
Usahakan untuk tetap tenang dan tabah
Rasa takut dan putus asa harus hilangkan
Vitalitas mesti ditingkatkan
Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya
Variasi alam bisa dimanfaatkan
Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya
Lancar dan selamat
Jika
anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival
tersebut, agar dapat membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang perlu
ditekankan jika anda tersesat yaitu istilah “STOP” yang artinya :
Stop & seating / berhenti dan duduklah
Thingking / berpikirlah
Observe / amati keadaan sekitar
Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan
Kebutuhan survival
Yang harus dipunyai oleh seorang survivor adalah :
-
Sikap
mental ; Semangat untuk tetap hidup, Kepercayaan diri, Akal sehat,
Disiplin dan rencana matang serta Kemampuan belajar dari pengalaman]
-
Pengetahuan
; Cara membuat bivak, Cara memperoleh air, Cara mendapatkan makanan,
Cara membuat api, Pengetahuan orientasi medan, Cara mengatasi gangguan
binatang, Cara mencari pertolongan
-
Pengalaman dan latihan ; Latihan mengidentifikasikan tanaman, Latihan membuat trap, dll
-
Peralatan ; Kotak survival, Pisau jungle , dll
Langkah yang harus ditempuh bila anda/kelompok anda tersesat :
-
Mengkoordinasi anggota
-
Melakukan pertolongan pertama
-
Melihat kemampuan anggota
-
Mengadakan orientasi medan
-
Mengadakan penjatahan makanan
-
Membuat rencana dan pembagian tugas
-
Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia kuar
-
Membuat jejak dan perhatian
-
Mendapatkan pertolongan
Bahaya-bahaya dalam Survival
Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain :
Ketegangan dan panik
Cara Pencegahan : Sering berlatih, Berpikir positif dan optimis dan Persiapan fisik dan mental
Matahari / panas
-
Kelelahan panas
-
Kejang panas
-
Sengatan panas
-
Keadaan
yang menambah parahnya keadaan panas : Penyakit akut / kronis, Baru
sembuh dari penyakit Demam, Baru memperoleh vaksinasi, Kurang tidur,
Kelelahan, Terlalu gemuk, Penyakit kulit yang merata, Pernah mengalami
sengatan udara panas, Minum alkohol, Dehidrasi.
Pencegahan keadaan panas :
Serangan penyakit
Penyakit yang biasa diderita pegiat alam bebas adalah emam, Disentri, Typus, Malaria
Kemerosotan mental
Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik, histeris
Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah atau keadaan lingkungan mencekam
Pencegahan : Usahakan tenang dan tentu saja banyak berlatih
Bahaya binatang beracun dan berbisa
Keracunan
-
■ Gejala ; Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang mencret, kejang kejang seluruh badan, bisa pingsan.
-
■ Penyebab : Makanan dan minuman beracun
-
■ Pencegahan : Air garam di minum, Minum air sabun mandi panas, Minum teh pekat atau di tohok anak tekaknya
Keletihan amat sangat
Pencegahan : Makan makanan berkalori dan Membatasi kegiatan
Bahaya lainnya dalam survival adalah : Kelaparan, Lecet, Kedinginan [untuk penurunan suhu tubuh 30° C bisa menyebabkan kematian]
Membuat Bivouck (Shelter)
Membuat
bivouck atau shelter perlindungan dalam keadaaan darurat sebenarnya
bertujuan untuk untuk melindungi diri dari angin, panas, hujan, dingin
dan gangguan binatang.
Macam –macam bivouck :
-
Shelter
asli alam ; Gua [yang bukan tempat persembunyian binatang, tidak ada
gas beracun dan tidak mudah longsor]. Ingat ! didalam gua jangan
berteriak karena dapat meruntuhkan dinding gua.
-
Shelter
buatan dari alam ; daun-daunan yang lebar, ranting kayu, atau
separuhnya alam dan separuhnya butan [misalnya ponco di kombinasi dengan
ceruk batu atau pohon tumbang atau ranting kayu]
Syarat bivouck :
-
Hindari daerah aliran air [bila terpaksa, maka gunakan bivouck panggung]
-
Di atas bivouck / shelter tidak ada dahan pohon mati/rapuh
-
Bukan sarang nyamuk/serangga
-
Bahan kuat
-
Jangan terlalu merusak alam sekitar
-
Terlindung langsung dari angin
Mengatasi Gangguan Binatang
Nyamuk
; Obat nyamuk, autan, dll , Bunga kluwih dibakar, Gombal / kain butut
[dalam keadaan memaksa, penulis pernah memotong lengan baju kaos sebagai
pengganti gombal] dan minyak tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga
asapnya bisa mengusir nyamuk , Gosokkan sedikit garam pada bekas gigitan
nyamuk
Laron ; Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan
Disengat
Lebah ; Oleskan air bawang merah pada luka bekas sengatan berkali-kali,
Tempelkan tanah basah/liat di atas luka sengatan, Jangan dipijit-pijit,
Tempelkan pecahan genting panas di atas luka, Olesi dengan petsin untuk
mencegah pembengkakan
Gigitan
Lintah ; Teteskan air tembakau pada lintahnya, Taburkan garam di atas
lintahnya, Teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya, Taburkan abu rokok
di atas lintahnya, Membuang [mengais] lintah upayakan dengan patahan
kayu hidup yang ada kambiumnya.
Semut
Gatal ; Gosokkan obat gosok pada luka gigitan, Letakkan cabe merah pada
jalan semut, Letakkan sobekan daun sirih pada jalan semut
Kalajengking
dan lipan; Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar, Ikatlah
tubuh di sebelah pangkal yang digigit, Tempelkan asam yang dilumatkan di
atas luka, Taburkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka, Taburkan
garam di sekeliling bivouck untuk pencegahan
Ular
dll ; Untuk mencegah dan mengobati secara darurat gigitan dan sengatan
binatang berbisa mematikan harus mempelajari Emergency Medical Care
[EMC]
Membaca Jejak
Ada
beberapa jenis jejak yang dapat diidentifikasi, yaitu jejak buatan,
maksudnya adalah jejak yang dibuat oleh manusia dan jejak alami yaitu
tanda jejak sebagai tanda keadaan lingkungan.
Jejak
alami biasanya menyatakan tentang jenis binatang yang lewat dan ada
disekitar, arah gerak binatang, besar kecilnya binatang, cepat lambatnya
gerak binatang. Untuk membaca jejak alami [binatang] dapat diketahui
dari telapak yang ditinggalkan, kotoran yang tersisa, pohon atau ranting
yang patah, lumpur atau tanah yang tercecer di atas rumput.
Air
Seseorang
dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 – 30 hari
tanpa makan, tapi orang tersebut hanya dapat bertahan hidup 3 – 5 hari
saja tanpa air.
Ada
air yang tidak perlu dimurnikan, seperti air hujan langsung. Untuk
memperoleh air hujan langsung dalam keadaaan sirvive di alam bebas, maka
dapat dengan cara memampung dengan ponco atau daun yang lebar dan
alirkan ke tempat penampungan [nesting atau phipless]
Air
dari tanaman rambat/rotan atau bambu. Cara memperolehnya, yaitu potong
setinggi mungkin lalu potong pada bagian dekat tanah, air yang menetes
dapat langsung ditampung atau diteteskan ke dalam mulut.
Selain rotan, bambu dan tumbuhan rambat, air juga dapat diperoleh pada bunga (kantung semar) dan lumut.
Air
yang harus dimurnikan terlebih dahulu antara lain adalah air sungai
besar, air sungai tergenang, air yang didapatkan dengan menggali pasir
di pantai (+ 5 meter dari batas pasang surut). Untuk mendaptkan air di
daerah sungai yang kering, caranya dengan menggali lubang di bawah
batuan
Berikutnya
air juga dapat diperoleh dari batang pisang, caranya tebang batang pohon
pisang, sehingga yang tersisa tinggal bawahnya [bongkahnya] lalu buat
lubang ditengahnya maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3
kali pengambilan.
Makanan
Dalam
kondisi hidup dialam bebas ada berbagai makanan yang dapat di konsumsi,
tetapi harus memperhatikan beberapa syarat dan patokan berikut :
-
Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia
-
Hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok
-
Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali sawo dan pepaya.
-
Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan, lengan, bibir dan atau lidah, tunggu sesaat. Apabila terasa aman bisa dimakan.
-
Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam
Note ;
Hubungan
air dan makanan; Untuk makanan yang mengandung karbohidrat memerlukan
air yang sedikit, Makanan ringan yang dikemas akan mempercepat kehausan,
Makanan yang mengandung protein butuh air yang banyak.
Tumbuhan
yang dapat dimakan dapat diketahui dari ciri-ciri fisik, misalnya :
Permukaan daun atau batang yang tidak berbulu atau berduri, tidak
mengeluarkan getah yang sangat lekat, tidak menimbulkan rasa gatal, hal
ini dapat dicoba dengan mengoleskan daunnya pada kulit atau bibir dan
tidak menimbulkan rasa pahit yang sangat [dapat dicoba di ujung lidah]
Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa batangnya :
-
Batang pohon pisang (putihnya)
-
Bambu yang masih muda (rebung)
-
Pakis dalamnya berwarna putih
-
Sagu dalamnya berwarna putih
-
Tebu
Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa daunnya :
Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa akar dan umbinya :
Ubi jalar, talas, singkong
Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa Buahnya :
Arbei, asam jawa, juwet
Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya :
-
Jamur merang, jamur kayu. Tetapi ada beberapa jenis jamur mempunyai beracun yang ciri-cirinya adalah :
-
Mempunyai warna mencolok
-
Baunya tidak sedap
-
Bila dimasukkan ke dalam nasi, nasinya menjadi kuning
-
Sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan
-
Bila diraba mudah hancur
-
Punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya
-
Tumbuh dari kotoran hewan
-
Mengeluarkan getah putih
Selain
tumbuhan, berbagai hewan yang ditemukan di alam dapat dimakan juga,
misalnya Belalang, Jangkrik, Tempayak putih (gendon), Cacing, burung,
Laron, Lebah, larva, Siput/bekicot, Kadal [bagia belakang dan ekor],
Katak hijau, Ular [1/3 bagian tubuh tengahnya], Binatang besar lainnya.
Ada beberapa ciri binatang yang tidak dapat dimakan, yaitu :
-
Binatang yang mengandung bisa : lipan dan kalajengking
-
Binatang yang mengandung racun : penyu laut
-
Binatang yang mengandung bau yang khas : sigung / senggung
Api
Bila
mempunyai bahan untuk membuat api, yang perlu diperhatikan adalah
jangan membuat api terlalu besar tetapi buatlah api yang kecil beberapa
buah, hal ini lebih baik dan panas yang dihasilkan merata.
Cara membuat api dalam keadaan darurat :
-
Dengan lensa / Kaca pembesar ; Fokuskan sinar pada satu titik dimana diletakkan bahan yang mudah terbakar.
-
Gesekan
kayu dengan kayu ; Cara ini adalah cara yang paling susah, caranya
dengan menggesek-gesekkan dua buah batang kayu sehingga panas dan
kemudian dekatkan bahan penyala, sehingga terbakar
-
Busur
dan gurdi ; Buatlah busur yang kuat dengan mempergunakan tali sepatu
atau parasut, gurdikan kayu keras pada kayu lain sehingga terlihat asap
dan sediakan bahan penyala agar mudah tebakar. Bahan penyala yang baik adalah kawul / sabut terdapat pada dasar kelapa, atau daun aren
Survival kits
Survical
kits adalah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam
perjalanan sebagai alat berjaga-jaga bila terjadi keadaan darurat atau
juga dapat digunakan selama perjalanan.
Beberapa contoh survival kits adalah :
-
Mata pancing /kait
-
Pisau / sangkur / vitrorinoc
-
Tali kecil
-
Senter
-
Cermin suryakanta, cermin kecil
-
Peluit
-
Korek api yang disimpan dalam tempat kedap air [tube roll film]
-
Tablet garam, norit
-
Obat-obatan pribadi
-
Jarum + benang + peniti
-
Ponco / jas hujan / rain coat
-
Lain-lain
Pengetahuan Dasar Navigasi Darat
Navigasi
darat adalah ilmu praktis. Kemampuan bernavigasi dapat terasah jika
sering berlatih. Pemahaman teori dan konsep hanyalah faktor yang
membantu, dan tidak menjamin jika mengetahui teorinya secara lengkap,
maka kemampuan navigasinya menjadi tinggi. Bahkan seorang jago navigasi
yang tidak pernah berlatih dalam jangka waktu lama, dapat mengurangi
kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda di peta ke medan sebenarnya,
atau menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam peta. Untuk itu, latihan
sesering mungkin akan membantu kita untuk dapat mengasah kepekaan, dan
pada akhirnya navigasi darat yang telah kita pelajari menjadi bermanfaat
untuk kita.
Pada
prinsipnya navigasi adalah cara menentukan arah dan posisi, yaitu arah
yang akan dituju dan posisi keberadaan navigator berada dimedan
sebenarnya yang di proyeksikan pada peta.
Beberapa media dasar navigasi darat adalah :
Peta
Peta
adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau
keseluruhan permukaan bumi yang dilihat dari atas, kemudian diperbesar
atau diperkecil dengan perbandingan tertentu. Dalam navigasi darat
digunakan peta topografi. Peta ini memetakan tempat-tempat dipermukaan
bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis
kontur.
Beberapa unsur yang bisa dilihat dalam peta :
-
Judul peta; biasanya terdapat di atas, menunjukkan letak peta
-
Nomor
peta; selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, kita bisa
menggunakannya sebagai petunjuk jika kelak kita akan mencari sebuah peta
-
Koordinat peta; penjelasannya dapat dilihat dalam sub berikutnya
-
Kontur; adalah merupakan garis khayal yang menghubungkan titik titik yang berketinggian sama diatas permukaan laut.
-
Skala
peta; adalah perbandingan antara jarak peta dan jarak horizontal
dilapangan. Ada dua macam skala yakni skala angka (ditunjukkan dalam
angka, misalkan 1:25.000, satu senti dipeta sama dengan 25.000 cm atau
250 meter di keadaan yang sebenarnya), dan skala garis (biasanya di peta
skala garis berada dibawah skala angka).
-
Legenda peta ; adalah simbol-simbol yang dipakai dalam peta tersebut, dibuat untuk memudahkan pembaca menganalisa peta.
Di
Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat
Geologi Bandung, lalu peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut
sebagai peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika dan
rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960.
Peta
AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar
kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan
Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala
1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5 m). Peta keluaran
Bakosurtanal biasanya berwarna.
Koordinat
Peta
Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak untuk membantu menentukan
posisi dipeta dalam hitungan koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu
titik pada peta. Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan
antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem
sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama
lain. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu :
-
Koordinat
Geografis (Geographical Coordinate) ; Sumbu yang digunakan adalah garis
bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis
khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang
sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan
dalam satuan derajat, menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya
menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini,
satu kotak (atau sering disebut satu karvak) lebarnya adalah 3.7 cm.
Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30 detik (30″), dan pada
peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60″).
-
Koordinat
Grid (Grid Coordinate atau UTM) ; Dalam koordinat grid, kedudukan suatu
titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah
Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT).
Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan
horizontal dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4
angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan
koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk
penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat langsung ditentukan.
Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu
menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka
dibagi menjadi sepuluh bagian (per 1 mm).
Analisa Peta
Salah
satu faktor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa
peta. Dengan satu peta, kita diharapkan dapat memperoleh informasi
sebanyak-banyaknya tentang keadaan medan sebenarnya, meskipun kita belum
pernah mendatangi daerah di peta tersebut.
-
Unsur
dasar peta ; Untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya, pertama
kali kita harus cek informasi dasar di peta tersebut, seperti judul
peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta dan sebagainya. Disamping itu
juga bisa dianalisa ketinggian suatu titik (berdasarkan pemahaman
tentang kontur), sehingga bisa diperkirakan cuaca, dan vegetasinya.
-
Mengenal
tanda medan ; Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda
peta, kita dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur.
Beberapa ciri kontur yang perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan
:
-
Antara garis kontur satu dengan yang lainnya tidak pernah saling berpotongan
-
Garis
yang berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang
berketinggian lebih tinggi, kecuali diberi keterangan secara khusus,
misalnya kawah
-
Beda ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun kerapatan berubah-ubah
-
Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang sedangkan daerah terjal mempunyai kontur rapat.
-
Beberapa tanda medan yang dapat dikenal dalam peta topografi:
-
-
Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil, tertelak ditengah-tengah lingkaran kontur lainnya.
-
Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak
-
Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang ujungnya tajam menjorok kepuncak. Kontur lembahan biasanya rapat.
-
Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian
-
Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian
-
Sungai,
terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur, biasanya
ada di lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam
membaca alur sungai ini harap diperhatikan lembahan curam,
kelokan-kelokan dan arah aliran.
-
Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk
-
Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal dalam menyusun perencanaan perjalanan
Kompas
Kompas
adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan
selalu menunjuk arah utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud disini
bukan utara yang sebenarnya, tapi utara magnetis). Secara fisik, kompas terdiri dari :
-
Badan, tempat komponen lainnya berada
-
Jarum,
selalu menunjuk arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan
megnet lain/tidak dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak
terganggu/peta dalam posisi horizontal.
-
Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin.
Jenis
kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni
kompas bidik (misal kompas prisma) dan kompas orienteering (misal kompas
silva, suunto dll). Untuk membidik suatu titik, kompas bidik jika
digunakan secara benar lebih akurat dari kompas silva. Namun untuk
pergerakan dan kemudahan ploting peta, kompas orienteering lebih handal
dan efisien.
Dalam
memilih kompas, harus berdasarkan penggunaannya. Namun secara umum,
kompas yang baik adalah kompas yang jarumnya dapat menunjukkan arah
utara secara konsisten dan tidak bergoyang-goyang dalam waktu lama.
Bahan dari badan kompas pun perlu diperhatikan harus dari bahan yang
kuat/tahan banting mengingat kompas merupakan salah satu unsur vital
dalam navigasi darat
Cttn:
saat ini sudah banyak digunakan GPS [global positioning system] dengan
tehnologi satelite untuk mengantikan beberapa fungsi kompas.
Orientasi Peta
Orientasi
peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau
dengan kata lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum
anda mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda
medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat
dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi
minimal anda tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini
hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda dipeta
adalah benar. Langkah-langkah orientasi peta:
-
Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang menyolok.
-
Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar
-
Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan arah medan sebenarnya
-
Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tanda-tanda medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan
-
Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya. Ingat hal-hal khas dari tanda medan.
Jika anda sudah lakukan itu semua, maka anda sudah mempunyai perkiraan secara kasar, dimana posisi anda di peta. Untuk memastikan posisi anda secara akurat, dipakailah metode resection.
Resection
Prinsip
resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua
atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak
membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas dalam peta dan dapat
dibidik pada medan sebenarnya (untuk latihan resection biasanya
dilakukan dimedan terbuka seperti kebun teh misalnya, agar tanda medan
yang ekstrim terlihat dengan jelas).
Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.
Langkah-langkah melakukan resection:
-
Lakukan orientasi peta
-
Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
-
Dengan
busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut
(untuk alat tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik-B2).
-
Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.
-
Pindahkan
sudut back azimuth bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut
pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai
titik acuan.
-
Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta.
Intersection
Prinsip
intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta
dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan.
Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu
benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai atau tidak
diketahui posisinya di peta. Syaratnya, sebelum intersection kita sudah
harus yakin terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum
intersection, kita sudah melakukan resection terlebih dahulu.
Langkah-langkah melakukan intersection adalah:
-
Lakukan orientasi peta
-
Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
-
Bidik obyek yang kita amati
-
Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
-
Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1-3
-
Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.
Azimuth – Back Azimuth
Azimuth
adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat.
Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda
medan, dan memperolah sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan
sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth. Dalam resection back azimuth diperoleh dengan cara:
-
Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180º maka back azimuth adalah azimuth dikurangi 180º. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º. Back azimuthnya adalah 200º- 180º = 20º
-
Jika
azimuth yang kita peroleh kurang dari 180º, maka back azimuthnya adalah
180º ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak,
diperoleh azimuth 160º, maka back azimuthnya adalah 180º+160º = 340º
Dengan
mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat
melakukan ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut
bidikan). Selain itu sudut kompas dan back azimuth ini dipakai dalam
metode pergerakan sudut kompas (lurus/ man to man-biasa digunakan untuk
“Kompas Bintang”). Prinsipnya membuat lintasan berada pada satu garis
lurus dengan cara membidikaan kompas ke depan dan ke belakang pada jarak
tertentu.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
-
Titik
awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan
hitung sudut yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula
sudut dari titik akhir ke titik awal. Sudut ini dinamakan back azimuth.
-
Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan tanda medan lain pada lintasan yang dilalui.
-
Bidikkan kompas seusai dengan arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan lain di ujung lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.
-
Pergi
ke tanda medan di ujung lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama
tadi, untuk mengecek apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut
kompas (back azimuth).
-
Sering
terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan
sebagai sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai
tanda. Sistem pergerakan semacam ini sering disebut sebagai sistem man
to man.
Merencanakan Jalur Lintasan
Dalam
navigasi darat tingkat lanjut, kita diharapkan dapat menyusun
perencanaan jalur lintasan dalam sebuah medan perjalanan. Sebagai contoh
anda misalnya ingin pergi ke suatu gunung, tapi dengan menggunakan
jalur sendiri.
Penyusunan
jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi, dalam menafsirkan sebuah
peta topografi, mengumpulkan data dan informasi dan mengolahnya sehingga
anda dapat menyusun sebuah perencanaan perjalanan yang matang. Dalam
proses perjalanan secara keseluruhan, mulai dari transportasi sampai
pembiayaan, disini kita akan membahas khusus tentang perencanaan
pembuatan medan lintasan. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan sebelum anda memplot jalur lintasan.
Pertama,
anda harus membekali dulu kemampuan untuk membaca peta, kemampuan untuk
menafsirkan tanda-tanda medan yang tertera di peta, dan kemampuan dasar
navigasi darat lain seperti resection, intersection, azimuth back
azimuth, pengetahuan tentang peta kompas, dan sebagainya, minimal
sebagaimana yang tercantum dalam bagian sebelum ini.
Kedua,
selain informasi yang tertera dipeta, akan lebih membantu dalam
perencanaan jika anda punya informasi tambahan lain tentang medan
lintasan yang akan anda plot. Misalnya keterangan rekan yang pernah
melewati medan tersebut, kondisi medan, vegetasi dan airnya. Semakin
banyak informasi awal yang anda dapat, semakin matang rencana anda.
Tentang
jalurnya sendiri, ada beberapa macam jalur lintasan yang akan kita
buat. Pertama adalah tipe garis lurus, yakni jalur lintasan berupa garis
yang ditarik lurus antara titik awal dan titik akhir. Kedua, tipe garis
lurus dengan titik belok, yakni jalur lintasan masih berupa garis
lurus, tapi lebih fleksibel karena pada titik-titik tertentu kita
berbelok dengan menyesuaian kondisi medan. Yang ketiga dengan
guide/patokan tanda medan tertentu, misalnya guide punggungan/guide
lembahan/guide sungai. Jalur ini lebih fleksibel karena tidak lurus
benar, tapi menyesuaikan kondisi medan, dengan tetap berpatokan tanda
medan tertentu sebagai petokan pergerakannya.
Untuk membuat jalur lintasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
-
Usahakan titik awal dan titik akhir adalah tanda medan yang ekstrim, dan memungkinkan untuk resection dari titik-titik tersebut.
-
Titik awal harus mudah dicapai/gampang aksesnya
-
Disepanjang
jalur lintasan harus ada tanda medan yang memadai untuk dijadikan
sebagai patokan, sehingga dalam perjalanan nanti anda dapat menentukan
posisi anda di peta sesering mungkin.
-
Dalam
menentukan jalur lintasan, perhatikan kebutuhan air, kecepatan
pergerakan vegetasi yang berada dijalur lintasan, serta kondisi medan
lintasan. Anda harus bisa memperkirakan hari ke berapa akan menemukan
air, hari ke berapa medannya berupa tanjakan terjal dan sebagainya.
-
Mengingat
banyaknya faktor yang perlu diperhatikan, usahakan untuk selalu
berdiskusi dengan regu atau dengan orang yang sudah pernah melewati
jalur tersebut sehingga resiko bisa diminimalkan.
Penampang Lintasan
Penampang
lintasan adalah penggambaran secara proporsional bentuk jalur lintasan
jika dilihat dari samping, dengan menggunakan garis kontur sebagai
acuan. Sebagaimana kita ketahui bahwa peta topografi yang dua dimensi,
dan sudut pendangnya dari atas, agak sulit bagi kita untuk membayangkan
bagaimana bentuk medan lintasan yang sebenarnya, terutama menyangkut
ketinggian. Dalam kontur yang kerapatannya sedemikian rupa, bagaimana
kira-kira bentuk di medan sebenarnya. Untuk memudahkan kita
menggambarkan bentuk medan dari peta topografi yang ada, maka dibuatlah
penampang lintasan.
Beberapa manfaat penampang lintasan :
-
Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan
-
Memudahkan kita untuk menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan
-
Dapat mengetahui titik-titik ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu
-
Untuk
menyusun penampang lintasan biasanya menggunakan kertas milimeter
block, guna menambah akurasi penerjemahan dari peta topografi ke
penampang.
Langkah-langkah membuat penampang lintasan:
-
Siapkan peta yang sudah diplot, kertas milimeter blok, pensil mekanik/pensil biasa yang runcing, penggaris dan penghapus
-
Buatlah
sumbu x, dan y. sumbu x mewakili jarak, dengan satuan rata-rata jarak
dari lintasan yang anda buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu y
mewakili ketinggian, dengan satuan mdpl (meter diatas permukaan laut).
Angkanya bisa dimulai dari titik terendah atau dibawahnya dan diakhiri
titik tertinggi atau diatasnya.
-
Tempatkan
titik awal di sumbu x=0 dan sumbu y sesuai dengan ketinggian titik
tersebut. Lalu peda perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik
lagi, dengan jarak dan ketinggian sesuai dengan perubahan kontur pada
jalur yang sudah anda buat. Demikian seterusnya hingga titik akhir.
-
Perubahan
satu kontur diwakili oleh satu titik. Titik-titik tersebut dihubungkan
sat sama lainnya hingga membentuk penampang berupa garis menanjak, turun
dan mendatar.
-
Tembahkan
keterangan pada tanda-tanda medan tertentu, misalkan nama-nama sungai,
puncakan dan titik-titik aktivitas anda (biasanya berupa titik bivak dan
titik istirahat), ataupun tanda medan lainnya. Tambahan informasi
tentang vegetasi pada setiap lintasan, dan skala penampang akan lebih
membantu pembaca dalam menggunakan penampang yang telah dibuat.
Ingatlah hai engkau penjelahan alam :
-
Take nothing, but pictures [jangan ambil sesuatu kecuali gambar]
-
Kill nothing, but times [jangan bunuh sesuatu kecuali waktu]
-
Leave nothing, but foot-print [jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak kaki]
dan senantiasa ;
-
Percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
-
Percaya
kepada kawan [dalam hal ini kawan adalah rekan pegiat dan peralatan
serta perlengkapan, tentu saja juga harus dibarengi bahwa diri kita
sendiri juga dapat dipercaya oleh “teman” tersebut dengan menjaga,
memelihara dan melindunginya]
-
Percaya kepada diri sendiri, yaitu percaya bahwa kita mampu melakukan segala sesuatunya dengan semaksimal mungkin
Management Perjalanan & Peralatan
Persiapan
Untuk
merencanakan suatu perjalanan ke alam bebas harus ada persiapan dan
penyusunan secara matang. Ada rumusan yang umum digunakan yaitu 4W &
1 H, yang kepanjangannya adalah Where, Who, Why, When dan How.
Berikut ini aplikasi dari rumusan tersebut:
-
Where (Dimana), untuk melakukan suatu kegiatan alam kita harus mengetahui dimana yang akan kita digunakan
-
Who
(Siapa), apakah anda akan melakukan kegiatan alam tersebut sendiri atau
dengan berkelompok. Why (Mengapa), ini adalah pertanyaan yang cukup
panjang jawabannya dan bisa bermacam- macam. When (Kapan) waktu
pelaksanaan kegiatan tersebut, berapa lama
Untuk
How [Bagaimana] merupakan suatu pembahasan yang lebih komprehensif dari
jawaban pertanyaan diatas ulasannya adalah sebagai berikut :
-
Bagaimana kondisi lokasi
-
Bagaimana cuaca disana
-
Bagaimana perizinannya
-
Bagaimana mendapatkan air
-
Bagaimana pengaturan tugas panitia
-
Bagaimana acara akan berlangsung
-
Bagaimana materi yang disampaikan
-
dan masih banyak “bagaimana ?” lagi (silahkan anda mengembangkannya lagi)
Dari
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul itulah kita dapat
menyusun rencana kegiatan yang didalamnya mencakup rincian :
-
Pemilihan medan, dengan memperhitungkan lokasi basecamp, pembagian waktu dan sebagainya.
-
Pengurusan perizinan
-
Pembagian tugas panitia
-
Persiapan kebutuhan acara
-
Kebutuhan peralatan dan perlengkapan
-
dan lain sebagainya.
Yang
tidak kalah pentingnya adalah anda akan mendapatkan point-point bagi
kalkulasi biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut.
Packing
Sebelum
melakukan kegiatan alam bebas kita biasanya menentukan dahulu peralatan
dan perlengkapan yang akan dibawa, jika telah siap semua inilah saatnya
mempacking barang-barang tersebut ke dalam carier atau backpack. Packing yang baik menjadikan perjalanan anda nyaman karena ringkas dan tidak menyulitkan.Prinsip dasar yang mutlak dalam mempacking adalah :
-
Pada
saat back-pack dipakai beban terberat harus jatuh ke pundak, Mengapa
beban harus jatuh kepundak, ini disebabkan dalam melakukan perjalanan
[misalnya pendakian] kedua kaki kita harus dalam keadaan bebas bergerak,
jika salah mempacking barang dan beban terberat jatuh kepinggul
akibatnya adalah kaki tidak dapat bebas bergerak dan menjadi cepat lelah
karena beban backpack anda menekan pinggul belakang. Ingat : Letakkan barang yang berat pada bagian teratas dan terdekat dengan punggung.
-
Membagi
berat beban secara seimbang antara bagian kanan dan kiri pundak
Tujuannya adalah agar tidak menyiksa salah satu bagian pundak dan
memudahkan anda menjaga keseimbangan dalam menghadapi jalur berbahaya
yang membutuhkan keseimbangan seperti : meniti jembatan dari sebatang
pohon, berjalan dibibir jurang, dan keadaan lainnya.Pertimbangan lainnya adalah sebagai berikut :
-
Kelompokkan barang sesuai kegunaannya lalu tempatkan dalam satu kantung untuk mempermudah pengorganisasiannya. Misal : alat mandi ditaruh dalam satu kantung plastik.
-
Maksimalkan
tempat yang ada, misalkan Nesting (Panci Serbaguna) jangan dibiarkan
kosong bagian dalamnya saat dimasukkan ke dalam carrier, isikan bahan
makanan kedalamnya, misal : beras dan telur.
-
Tempatkan
barang yang sering digunakan pada tempat yang mudah dicapai pada saat
diperlukan, misalnya: rain coat/jas hujan pada kantong samping carrier.
-
Hindarkan
menggantungkan barang-barang diluar carrier, karena barang diluar
carrier akan mengganggu perjalanan anda akibat tersangkut-sangkut dan
berkesan berantakan, usahakan semuanya dapat dipacking dalam carrier.
Mengenai
berat maksimal yang dapat diangkat oleh anda, sebenarnya adalah suatu
angka yang relatif, patokan umum idealnya adalah 1/3 dari berat badan
anda , tetapi ini kembali lagi ke kemampuan fisik setiap individu, yang
terbaik adalah dengan tidak memaksakan diri, lagi pula anda dapat
menyiasati pemilihan barang yang akan dibawa dengan selalu memilih
barang/alat yang berfungsi ganda dengan bobot yang ringan dan hanya
membawa barang yang benar-benar perlu.
Memilih dan Menempatkan Barang
Dalam
memilih barang yang akan dibawa pergi mendaki atau kegiatan alam bebas
selalu cari alat/perlengkapan yang berfungsi ganda, tujuannya apalagi
kalau bukan untuk meringankan berat beban yang harus anda bawa, contoh :
Alumunium foil, bisa untuk pengganti piring, bisa untuk membungkus sisa
nasi untuk dimakan nanti, dan yang penting bisa dilipat hingga tidak
memakan tempat di carrier.
Matras
; Sebisa mungkin matras disimpan didalam carrier jika akan pergi
kelokasi yang hutannya lebat, atau jika akan membuka jalur pendakian
baru. Banyak rekan pendaki yang lebih senang mengikatkan matras diluar,
memang kelihatannya bagus tetapi jika sudah berada di jalur pendakian,
baru terasa bahwa metode ini mengakibatkan matras sering nyangkut ke
batang pohon dan semak tinggi, lagipula pada saat akan digunakan
matrasnya sudah kotor.
Kantung
Plastik ; Selalu siapkan kantung plastik didalam carreir anda, karena
akan berguna sekali nanti misalnya untuk tempat sampah yang harus anda
bawa turun, baju basah dan lain sebagainya. Gunakan selalu kantung
plastik untuk mengorganisir barang barang didalam carrier anda (dapat
dikelompokkan masing-masing pakaian, makanan dan item lainnya), ini
untuk mempermudah jika sewaktu-waktu anda ingin memilih pakaian, makanan
dsb.
Menyimpan Pakaian ;
Jika
anda meragukan carrier yang anda gunakan kedap air atau tidak, selalu
bungkus pakaian anda didalam kantung plastik [dry-zax], gunanya agar
pakaian tidak basah dan lembab. Sebaiknya pakaian kotor dipisahkan dalam
kantung tersendiri dan tidak dicampur dengan pakaian bersih.
Menyimpan Makanan ;
Pada
gunung-gunung tertentu (misalnya Rinjani) usahakan makanan dibungkus
dengan plastik dan ditutup rapat kemudian dimasukkan kedalam keril,
karena monyet-monyet didekat puncak / base camp terakhir suka membongkar
isi tenda untuk mencari makanan.
Menyimpan Korek Api Batangan ;
Simpan korek api batangan anda didalam bekas tempat film (photo), agar korek api anda selalu kering.
Packing Barang / Menyusun Barang Di Carrier ;
Selalu
simpan barang yang paling berat diposisi atas, gunanya agar pada saat
carrier digunakan, beban terberat berada dipundak anda dan bukan di
pinggang anda hingga memudahkan kaki melangkah.
Perlengkapan Pribadi Alam Bebas
Outdoor
activity atau kegiatan alam bebas merupakan kegiatan yang penuh resiko
dan memerlukan perhitungan yang cermat. Jika salah-salah maka bukan
mustahil musibah akan mengancam setiap saat. Sebagai contoh, sebuah
referensi pernah mencatat bahwa salah satu kegiatan alam bebas yaitu
rock climbing [panjat tebing] merupakan jenis olahraga yang resiko
kematiannya merupakan peringkat ke-2 setelah olahraga balap mobil
formula-1.
Tentu
saja resiko tersebut terjadi apabila safety-procedure tidak menjadi
perhatian yang serius, tetapi apabila safety-procedure diperhatikan dan
sering berlatih, maka resiko tersebut dapat ditekan sampai titik paling
aman.
Perjalanan
alam bebas pasti akan bersentuhan dengan cuaca, situasi medan dan waktu
yang kadang tidak bersahabat, baik malam atau siang hari, oleh karena
itu perlu dipersiapkan perlengkapan yang memadai.
Salah
satu “perisai diri” ketika melakukan aktivitas alam bebas adalah
perlengkapan diri pribadi. Berikut digambarkan beberapa perlengkapan
pribadi standard.
1. Tutup kepala/topi
Untuk
melindungi diri dari cuaca panas atau dingin perlu penutup kepala.
Dalam keadaan panas atau hujan, maka tutup kepala yang baik adalah yang
juga dapat melindungi kepala dan wajah sekaligus. Untuk ini pilihan
terbaik adalah topi rimba atau topi yang punya pelindung keliling. Topi
pet atau topi softball tidak direkomendasikan.
Pada cuaca dingin
malam hari atau di daerah tinggi, maka penutup kepala yang baik adlah
yang dapat memberikan rasa hangat. Pilihannya adalah balaklava atau
biasa disebut kupluk.
2. Syal-slayer
Slayer
atau syal bukan hanya digunakan sebagai identitas organisasi, tetapi
sebetulnya mempunyai fungsi lainnya. Syal/slayer dapat digunakan untuk
menghangatkan leher ketika cuaca dingin, dapat juga digunakan sebagai
saringan air ketika survival. Syal/slayer juga sangat berguna ketika
dalam keadaan darurat, baik digunakan untuk perban darurat atau sebagai
alat peraga darurat. Oleh karenanya disarankan menggunakan syal/slayer
yang berwarna mecolok dan terbuat dari bahan yang kuat serta dapat
menyerap air namun cepat kering.
3. Baju
Kebutuhan
ini multak, tidak bisa beraktivitas tanpa baju [bayangkan kalau tanpa
ini, maka kulit akan terbakar matahari]. Baju yang baik adalah dari
bahan yang dapat menyerap keringat, tidak disarankan menggunakan baju
dari bahan nilon karena panas dan tidak dapat meyerap keringat. Baju
dengan bahan demikian biasanya adalah planel atau paling tidak kaos dari
bahan katun.
Pilihan warna untuk aktivitas lapangan seperti halnya
juga slayer/syal adalah yang mencolok agar bia terjadi keadaan darurat
[misalnya hilang] dapat dengan mudah diidentifikasi dan dikenali.
Dalam
beraktivitas di alam bebas jangan pernah melupakan baju salin/ganti,
hal ini karena aktivitas lapangan akan sangat banyak mengeluarkan energi
yang membuat badan kita berkeringat. Bawalah baju salain 2 atau 3 buah.
4. Celana
Celana
lapang yang baik adalah yang memnuhi syarat ringan, mudah kering dan
dapat menyerap keringat. Pemakaian bahan jeans sangat tidak
direkomendasikan karena berat dan susah kering dan membuat lecet. Celana
yang baik adalah kain dengan tenunan ripstop [bila berlubang kecil
tidak merembet atau robek memanjang]. Bila aktivitas dilakukan di daerah
pantai atau perairan juga baik bila menggunakan bahan dari parasut
tipis.
Selain celana panjang, jangan lupa bahwa under-wear juga penting. jangan lupa juga untuk menyediakan serep ganti.
5. Jaket
Salah
satu perlengkapan penting dalam alam bebas adalah jaket. Jaket
digunakan untuk melindungi diri dari dingin bahkan sengatan matahari
atau hujan.
Jaket yang baik adalah model larva, yaitu jaket yang
panjang sampai ke pangkal paha. Jaket ini juga biasanya dilengkapi
dengan penutup kepala [kupluk]. Akan sangat baik bila jaket yang
memiliki dua lapisan (double-layer). Lapisan dalam biasanya berbahan
penghangat dan menyeyerap keringat seperti wool atau polartex, sedang
lapisan luar berfungsi menahan air dan dingin. Kini teknologi tekstil
sudah mampu memproduksi Gore-Tex bahan jaket yang nyaman dipakai saat
mendaki bahan ini memungkinkan kulit tetap bernafas, tidak gerah
mengeluarkan keringat mampu menahan angin (wind breaking) dan resapan
air hujan (water proff) sayang, bahan ini masih mahal. Yang paling baik
jaket terbuat dari bulu angsa-biasanya digunakan untuk kegiatan
pendakian gunung es].
6. Slepping bag
Istirahat
adalah kebutuhan pegiat alam bebas setelah aktivitas yang melelahkan
seharian. Tempat istirahat yang ideal adah dengan menggunakan slepping
bag [kantong tidur]. Slepping bag yang baik juga biasanya terbuat dari
dua sisi, yaitu yang dingin, licin dan tahan air satu sisi, dan yang
hangat dan tebal disisi lain. Penggunaannya sesuai dengan cuaca saat
istirahat.
7. Sepatu
Sepatu
yang baik yaitu yang melindungi tapak kaki sampai mata kaki, kulit
tebal tidak mudah sobek bila kena duri. keras bagian depannya, untuk
melindungi ujung jari kaki apabila terbentur batu. bentuk sol bawahnya
dapat menggigit ke segala arah dan cukup kaku, ada lubang ventilasi
bersekat halus. Gunakan sepatu yang dapat dikencangkan dan dieratkan
pemakaiannya [menggunakan ban atau tali. Dilapangan sepatu tidak boleh
longgar karena akan menyebabkan pergesekan kaki dengan sepatu yang
berakibat lecet. Penggunaan sepatu juga harus dibarengi dengan kaos
kaki. Untuk ini juga sebaiknya disediakan kaos kaki serep bial suatu
saat basah.
8. Carrier
Carrier
bag atau ransel sebaiknya gunakan yang tidak terlalu besar tetapi juga
tidak terlampau kecil, artinya mapu menampung perlengkapan dan peralatan
yang dibawa. Sebaiknya jangan menggunakan carrier yang mempunyai banyak
kantong dibagian luar karena dalam keadaan tertentu ini akan menghambat
pergerakan. Gunakan carrier yang ramping walaupun agak tinggi, ini
lebih baik daripada yang gemuk tetapi rendah. Sebelum berangkat harus
diperhatikan jahitan-jahitannya, karena kerusakan pada jahitan terutama
sabuk sandang akan berakibat sangat fatal.
9. Alat masak, makan dan mandi
Perlengkapan
sangat penting lainnya adalah alat masak, makan dan mandi. Bagimanapun
juga dalam kondisi lapangan kita sangat perlu untuk menghemat aktu dan
bahan masalak. Gunakan alat dari alumunium karena cepat panas, untuk ini
nesting menjadi pilihan yang sangat baik, disamping dia ringkas dan
serba guna. Juga perlu dipersiapkan alat bantu makan lainnya (sendok,
piring, dll) dan pastikan bahan bakar untuk memasak / membuat api
seperti lilin, spirtus, parafin, dll.
Jangan lupa juga siapkan phiples minum sebagai bekal perjalanan [saat ini banyak tersedia model dan jenis phipless].
Perlengkapan
mandi juga sangat penting karena tidak jarang perjalanan dilakukan
berhari-hari dengan tubuh penuh keringat. Bawalah alat mandi seperti
sabun yang berkemasan tube agar mudah disimpan dan tidak perlu membuang
sampah bungkusan disembarang tempat.
10. Obat-obatan dan Survival Kits
Perlengkapan
pribadi lainnya yang sangat penting adalah obat-obatan, apalagi kalau
pegiat mempunyai penyakit khusus tertentu seperti asma. Disamping
obat-obatan juga setidaknya mempunyai kelengkapan survival kits [lihat
pada bagian lain